akhir-akhir ini aku sering bertanya “benarkah ini yang aku mau?” banyak hal berlintasan di kepalaku. lalu hari ini aku sadar; sudah terlalu lama menahan diri. harusnya aku tetap jadi diriku yang berbinar-binar berbahagia–tak peduli kalau itu terlihat memuakkan di mata siapapun. sekalipun di matamu. silakan palingkan pandangan jika sinarnya menyilaukanmu.

aku sudah terlalu jauh berusaha untuk tidak sebesar-besarnya membuat diriku sendiri bahagia 🩷

Untuk Diriku Hari Ini

Seandainya aku bisa menuliskan setiap momen saat aku bisa melihat perubahan dirimu, rasanya aku ingin sekali menunjukkannya padamu. Supaya kamu tidak pernah lupa seberapa jauh kamu berjalan ke depan. Perjalananmu mungkin terlihat berbeda dari yang lain, tapi ia sama jauhnya, sama membanggakannya. Tidak seharusnya kamu merasa tidak cukup. Tidak seharusnya kamu merasa belum sampai. Toh kita semua tidak pernah berhenti berjalan, kan?

Sekarang kamu sudah meletakkan harapanmu di tempat yang tepat, kepada Dia yang paling tepat. Sekarang, dengan proses panjang yang melelahkan akhirnya kamu menemukan tempat yang membuat hatimu tenang dalam setiap keadaan. Dan itu semua cukup.

Terima kasih, diriku hari ini ♡

Oh dear Lord *in Sheldon’s voice*

I’m tired and that’s all. I want my happiness, my “you’re so lucky” things, circumstances, people. I want the peace that comes from stability and not only from the ability of my own heart stabilizing my unstable life.

And I’m going to get it.

Surat Cinta Untuk-Mu

Selama lebih dari sepuluh tahun hidup dalam gerimis yang terus-terusan kuciptakan sendiri dengan bergantung pada sepenggal kisah dalam hidupku, aku selalu mencari pelajaran apa yang sedang Kau mau aku terima? Kesimpulan apa yang mesti kuambil supaya aku tidak perlu lagi mengulang hal yang sama (meski akhirnya tetap mengulang-ulang beberapa kali)? Sebenarnya apa yang sedang diajarkan kepadaku?

Ada beberapa jawaban, kesimpulan, hikmah… yang rasanya pada saat itu betul. Walau hari ini rasanya aku tahu belum tepat seutuhnya.

Dulu, aku cuma bisa merasakan cinta yang membuncah kepada-Mu di saat hatiku sedih karena ditinggalkan. Dulu, aku menangis tersedu-sedu dan mengakui hanya Kau satu-satunya saat aku benar-benar sendirian. Dulu, kehadiran-Mu rasanya adalah keniscayaan. Dulu, aku mencintai-Mu dalam sela-sela perasaanku yang lain kepada yang lain.

Oh duhai Cintaku… bahwa ternyata aku salah besar. Sedari awal Kau adalah satu-satunya dan aku hidup atas keinginan-Mu. Begitu pula aku sedih, senang, dan sejuta perasaan lainnya yang bergantian dengan cepat–juga lambat–adalah skenario-Mu. Dan tak pernah ada sedetikpun yang berlalu tanpa Engkau merencanakannya dalam rentetan kisah manis bernama jalan hidupku. Kini aku mengerti, kenapa aku terus-terusan diminta untuk belajar kehilangan. Kini aku mengerti, kenapa aku berkali-kali diminta untuk belajar melepaskan.

Oh Hidupku… Yang Maha Menjaga, bahwa apa-apa yang hilang dariku memang bukan milikku. Dan bahwa apa yang harus kulepas memang segala yang tidak seharusnya tinggal. Dan bahwa satu-satunya yang tidak akan pernah hilang dari diriku adalah cinta-Mu. Keadaan berubah, diriku berubah, orang lain berubah. Hanya Kau yang tetap.

The Sweetest

I’ve been feeling quite restless these past few days. Something has been bothering me and being the control freak that I am, it gets me ruminating over a lot of things. I fall into spiral of endless thoughts, can’t get anything done, can’t get anything off my mind, and so I escape by binge watching TV series. And it was especially hard today.

So after finishing my prayer tonight, I say in my heart that I will open Quran, and I will read just one ayat–hoping that it will be the salvation that I desperately need.

And you know what came up?

:’)

No one, nothing in this whole entire universe is sweeter than Allah 🩷

June Full Moon 🌕

Sudah lama tidak merasakan kesepian macam ini. Daripada disebut kesepian mungkin lebih tepat disebut… misunderstood? Disalahpahami? Tidak dimengerti? Whatever makes sense in your head. Alasan mengapa aku jaraaaaang sekali berbagi perasaanku, pikiranku, ekspresiku yang sebenar-benarnya adalah perasaan seperti saat ini.

Setiap ada seseorang yang bilang ke aku “aku nyambung banget ngobrol sama kamu”, aku selalu berkontemplasi di baliknya. Apakah yang dia maksud adalah benar-benar diriku atau sosokku yang khusus kubuat untuk mengakomodir kebutuhannya? Most of the times, the latter.

It’s one in a million that I don’t feel misunderstood, or misfit.

Saat otakku berpikir “mau makan bakso” dan ada yang dengan tepatnya bilang “mau makan bakso gak?” tanpa pernah ada pembicaran tentang bakso sebelumnya. Atau saat bawa pulang nasi goreng langganan dan membatin “dikit ya”, lalu ada yang mengucap “lebih dikit ya kalau dibawa pulang”. Dan berbagai jenis kebetulan kecil tak terhitung yang semakin lama aku yakin bukan sekadar kebetulan ini.

Aku berterima kasih sudah dikirimkan satu, dua orang yang membuatku merasa terlihat–tanpa terhakimi.

June full moon, another realization.

The Light of Happiness

As I walked beside you this afternoon, I realized something: do I want certain things that you do or do I want someone to do what I expect from you and it’s all gonna be the same? Is it the act that I longed for, or is it you that I wish for?

I’m not gonna lie that you are, by far, the most comfortable human I’ve ever been in contact with. You embody all that I picture to be the perfect qualities of a person. You make me so safe being myself and also ignites the better in me.

But as we drown in our conversations, I started to realize that I can’t force you into something you’re not ready to carry. I don’t want to walk into a relationship having to teach you things you should’ve figured out by yourself–as a mere action of ascending into new role and self discovery not because of some obligations coming with a phase of life.

It is so sad, but I don’t want to mess with your journey. I want you to find yourself and reach your goals in the most free and liberating way you could ever be. I never want to be the one who makes you regret your decisions.

And so I rest my resistance. I set you free.

Doaku, semoga kamu berbahagia seperti doa dalam namamu 🌙

Merefleksikan Hidup

Ramadhan 1444 H hari ke-5

Sore ini sepulang kerja, aku menangis keras-keras sampai mataku bengkak dan hidungku perih karena aku harus melakukan sesuatu yang tidak ingin kulakukan. Salah satu alasan aku benci menjadi orang dewasa; harus melakukan yang sebenarnya tidak ingin kulakukan 😦

Setelah puas menangis sambil curhat penuh drama pada-Nya, masih saja berbolak-balik dengan satu doa yang berubah-ubah seratus delapan puluh derajat dari waktu ke waktu, aku memutuskan untuk masak hehe sungguh sebuah kedewasaan yang tak kusangka ada dalam diriku tetap mengurus hidupku apapun yang terjadi. Good job, you!

Di tengah aktivitas potong memotong, cuci mencuci, dan tumis menumis aku mendengarkan podcast lucu (maaf ya Tuhan sore ini aku tidak mendengarkan ceramah karena aku sedang tidak butuh asupan melankolia tambahan). Pikiranku melayang ke sana ke mari. Sampai akhirnya masakanku selesai dan waktu berbuka tiba.

Masakanku enak sekali~ dan itu membuatku bahagia wkwk

Selepas magrib, aku rebahan sejenak dan pikiranku berkelana–meminta dituliskan, supaya terekam. Sore ini aku menyadari, aku tumbuh tinggi sekali. Aku yang dulu layu, kering, dan seakan tinggal menunggu mati–tumbuh kembali! Betapa jika sepuluh tahun lalu ada yang bilang padaku “Tenang saja, sepuluh tahun lagi kamu akan jadi orang yang sama sekali lain and you’ll be more than fine.” maka aku akan menganggapnya gila. Bahwa sungguh kupikir diri dan hidupku sudah tidak akan mungkin lagi bertumbuh, berevolusi, berkembang. Lalu aku ada di sini sekarang, bersama diriku yang tetap cengeng namun kuat. Sudah menyadari bahwa air mataku adalah kekuatanku, ekspresi diriku, seperti halnya tawaku, senyumku. Dan betapa aku tidak pernah menyangka bahwa apa yang kulihat dari diriku terkadang tidak objektif, betapa aku sering terlalu buruk menilai diriku sendiri walau belum sebaik itu juga hehe

Merefleksikan perjalananku sejauh ini, aku mau tidak mau berterima kasih. Pada diriku, pada orang-orang di sekelilingku, pada hidup, pada-Nya. Cintaku yang sering terlupa tanpa sengaja. Cintaku yang mendengar tangisan-tangisan patah hatiku tanpa kata, hanya peluk hangat lewat segala yang Dia cipta untuk menghiburku. Dia yang telah ada sejak ketiadaanku. Dia yang seringkali hanya memintaku untuk mengingatNya. Aku tidak akan lupa hari-hari sulit saat yang mampu kugenggam hanya kedua tanganku sendiri lalu Dia datang entah dari mana, memelukku dalam tenang lalu sedihku hilang begitu saja. Meskipun aku menuliskan seratus juta surat cinta dan terima kasih sekalipun tidak akan mampu membalas cinta-Nya. Tapi setidaknya, seperti Dirinya yang tidak pernah membiarkan aku lupa, kadang aku ingin bilang: terima kasih, selalu, Yang Maha Menjaga.

Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang 💗

Tadi pagi aku mendengarkan meditasi dari Peace Sea Podcast (mendengarkan karena aku tidak sepenuhnya bermeditasi tapi sambil bersiap melakukan ini-itu sebelum ke kantor). Dalam podcast episode itu, Pishi sempat bilang bahwa perasaan yang pertama kali muncul saat bangun tidur adalah yang paling jujur. Karena sejatinya tidur adalah meditasi dan semua perasaan yang coba di ignore dalam keadaan sadar diproses saat tidur/meditasi.

Dan pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang.. sulit. Aku mempertanyakan semua hal. Aku merasa butuh mendengarkan semua orang dan segala pendapat. Tapi kadang aku merasa tidak sempat mendengarkan diriku sendiri. Tidak percaya untuk mendengarkan diriku sendiri.

Aku mempertanyakan penilaianku pada seseorang, aku mempertanyakan keputusan yang kuambil, aku mempertanyakan langkah yang kujalani. Seolah semua hal berlarian sangat cepat di dalam kepala. Seperti semua hal ingin segera kuselesaikan tapi di saat yang sama semuanya terasa sulit diselesaikan. For the first time after some times, I feel lost.

I question everything that I believed in. And it’s destroying.

The Seed of Kindness

Hello, you. As always when I am happy or at least stable, I didn’t write to you. But when I feel sad, or anxious, or million other uncomfortable feelings I honestly having a hard time describing, I’ll go to you. My safe place, my home, my calling. And so tonight I write to you again after months. After sailing in the pile of clouds only to find I stumble upon cumulonimbus and not paradise. So typical of me, right? I know for sure if you are a human then you just smirk reading all of those words. While saying told you so.

But at the very least, I keep my promise. I don’t lose myself, though barely. Keeping my composure and not losing focus over things that bring me joy despite wanting to swim in all those negative thoughts is not an easy task. Sometimes I just want to throw all of those things out and disappear somewhere unknown.

And today maybe is finally the tip of the iceberg got hit by the ship. Some hurtful words, finally, force me to pour my tears. I am a whole range of mad, pissed, angry, hurted, and humiliated. I don’t get why some people can be so mean, but then I too don’t get why some people can be so stupid. Some use words to empower, some use words to bring others down. And today’s little incident certainly humbled me. That I am indeed still learning to be compassionate to people (because honestly I want to rip that person’s mouth out or at least say the exact same hurtful words to them). And also to remember that their words are not about me but more about how they are feeling of themselves.

Going home with a heavy heart, I decided to go to rooftop aka jemuran and see the moon, listening to melancholic songs like Nadin Amizah’s teenage fans (I listen to her songs though I’m not a teenager anymore 😂). I cried a little. Okay a lot that maybe if people find me then, they’ll think I just got dumped wkwk. After some sad songs and sad sobs, my clumsy finger accidentally opened Twitter’s DM.

I got one message! From @muthiatsp

So a lil background story, I have this weird and sok asik habit of private messaging people who sounds sad and/or desperate. And back in June 2022, I DMed her while her tweets sound sad. She replied my DM today, an hour before I opened it.

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

The universe is so kind and weird all at the same time. It shows me how some people can be so cruel but then it shows me too that there’s kindness all over the place. Maybe not exactly everywhere, but in a lot of places 💖

I hope today the world does the same to you. It teaches you something, then rewards you with the kind of comfort you always need.