Yang Kesekian Kali

20.46

Lebaran ke 4.

Rumah mulai ditinggalkan para saudara yang pulang ke kota mereka masing-masing. Meski beberapa masih satu-dua datang, tapi tetap sepi.

Dan saat seperti ini selalu kangen Mbah Iyo. Pelukannya yang hangat, tangannya yang keriput, dan helaian rambutnya yang ikal. Memang bukan sebuah kehilangan yang membuatku menangis sesunggukan berbulan-bulan, hanya saja ketidakhadirannya membuat sedikit rasa menyesal selalu muncul diam-diam. Menyesal tidak lebih banyak lagi bercerita. Menyesal tidak lebih sering lagi mengunjungi rumah besar dengan pilar segi delapan tempatnya memasak berbagai makanan enak. Menyesal belum cukup menunjukkan betapa berartinya beliau bagiku.

Selamat lebaran ke 11 di sana, Mbah. Semoga selalu diberi segala kebaikan yang selalu Mbah ceritakan kepadaku saat kecil dulu. Di sana.

Cucumu, masih selalu rindu.

P.s. terima kasih teman-teman yang sudah posting foto bersama neneknya, semoga beliau sehat selalu sampai di tahun-tahun berikutnya.

Just Do It

Dulu waktu SMP, sekitar tahun 2004-2005 lah, di sekolah ada pelajaran membatik. Keren kan, sekolahku? Hahaha. Waktu itu, kami punya tugas untuk; menggambar sesuatu terserah selera kita, kalau gambar sudah jadi lalu ditransfer ke kain mori, dan nantinya akan dibatik sampai akhirnya diwarna dan dipigura dengan cantik. Walaupun sayangnya dulu hasilnya nggak dibawa pulang 😦 dan belum usum foto jadi nggak ada dokumentasipun.

Saat itu aku menggambar bunga. Inget banget bahkan sampai bentuk bunganya. Gambarnya ala ala floral wreath jaman sekarang gitu. Aku visioner~

Yang kuingat adalah aku satu-satunya yang gambar bunga. Yang lain banyak banget yang gambar suasana bawah laut gitu; ikan-ikan ada terumbu karangnya. Aku lupa yang murid cowok gambar apa. Luar angkasa apa ya. Hampir semua temen deketku gambar itu (dengan gaya masing-masing tentunya).

Pas gambar sudah hampir jadi, tiba-tiba aku merasa gambarku jeleque karena nggak ada yang sama, atau setidaknya mambu-mambu tanduran jugaklah gitu. Aku pun bilang ke guruku saat itu, Pak Wusri namanya, beliau tu kece abislah. Udah gambarnya bagus banget, cara ngajarnya pun menyenangkan sekali.

Jawaban Pak Wusri saat itu adalah “Ngapain ganti? Gambarmu itu udah bagus lho, nggak ada yang nyamain. Ya kamu gambar laut juga bisa, tapi gambarmu dah jadi bagus buat apa ganti lagi” intinya beliau menolak ideku untuk ganti gambar. Dan meyakinkanku kalau nggak ada yang salah dengan gambarku.

Aku bersyukur sekali Pak Wusri bilang begitu dan aku nurut. Akhirnya jadilah si batik bunga-bunga itu berbeda di antara aneka satwa laut lainnya.

Fast forward ke 2018, meskipun pikiran ini sudah beberapa kali mampir ke kepala, aku jadi sadar betapa dari umur belasan aku udah sangat insecure untuk jadi beda dari sekelilingku. Sampai sekarangpun. Kalau bajuku lagi aneh, kalau mukaku lagi aneh, atau ada yang lain dari biasanya dariku rasanya seolah semua orang menyadari dan sedang diam-diam membatin soal aku. Geer sama insecure beda tipis.

Padahal seperti kata Pak Wusri dulu, nggak ada yang salah dengan diriku, atau apa yang aku lakukan. Dan sebenarnya orang juga nggak ada yang sadar kalau kacamatamu ganti dan menurutmu nggak cocok kali (sering nih merasa gini, hahaha).

Lalu saat semua keyakinan pada pilihan diri sendiri mulai memudar, sebuah kata “just do it” dari seseorang bagaikan sebuah kata penghilang kekhawatiran.

Pun dulu saat ragu-ragu mau move on dari mantan yang tukang selingkuh kepada orang yang baru, untungnya bertemu beberapa teman baik yang meyakinkan kalau jalan yang sama tak pernah membawa ke tujuan yang berbeda.

Dan malam ini di tengah perjalanan panjang menuju ke rumah, seperti diingatkan kembali untuk sesekali jadi orang impulsif yang kepedean. Semacam “ya udah kalo aneh aku pengen kok”

Dan ya, I just do it.

Aku pake jumpsuit yang kukira dress itu. Plus celana jeans. Kebayang nggak kekmana bentukannya?

Sejauh ini dari Kalibata-Gambir-dan duduk aman di kereta, tak ada yang memandang dengan aneh seperti yang biasa kurasa kalau aku melakukan hal yang berbeda.

Senangnya mengalahkan ketakutan diri sendiri. Besok dan seterusnya, lagi 🙂

Free

Today, I was feeling sudden burst of happiness and tried to identify the reason. I finally find that today, out of all days, I let go of things that are beyond my control and accept reality. Then I draw a lot, like old times. And I buy new skincare!

Now I can’t sleep because I’m so happy and I want to draw but I need to sleep but I really want to draw. And I end up rambling in Bintang Arsip.

Now I know that I can be happy as long as I just let life makes its way, draw a lot, and doing lots of skincaring!

Can’t wait to finish my last drawing and start a new one!

Have a good sleep. Xx.

Do Your Own Thing

It is sometimes hard to be yourself in the midst of so many talented, gorgeous, brave people you’ve seen.

It is sometimes a burden to be yourself while you constantly exposed to great, valuable, and enchanting people.

What you forget is that maybe in the eye of others, you’re just as talented, gorgeous, and brave. And maybe you spark greatness, values, and enchant people in the way you’ve never know.

You just have to believe in yourself a lil bit more, and do your own thing!

You have to stop waiting for someone who doesn’t even take time to talk to you. You have to stop making excuse for someone who doesn’t want to be in your life. You have to stop thinking there is something wrong with yourself if someone’s not ready to take you seriously. You have to stop feeling not worthy of something you want because someone refuse to give it to you. You just have to stop all that nonsense going on in your own head about all of the things that gone wrong. You just have to stop thinking about the worst life has in store for you.

You have hurted your own heart so much more than any human being ever have.

The most painful scar you’ve had was the one you made to yourself.

Blaming yourself for not being good enough that all of people you love left you.

Blaming yourself for not being so easy to understand while constantly feeling anxious of anybody’s approval.

You have to stop. You really have to stop. I know you are strong beyond everything. But how can you be completely happy when you keep thinking all those mean, self-destructing things about yourself? Of course, you have flaws. You’re human afterall. But everyone else too. If you can see the good in everyone, why can’t you see the good in you?

You make mistakes, of course. But not all of things in your life that gone bad are your faults. Sometimes it’s just simply how life should goes. Whatever you might do. However you might change something. You can’t control everything. And you don’t need to.

The only thing you should control is your own mind. The one that can destroy you, or build you. You take control over that.

Diterbitkan di poem

Akibat Obat Flu

Selama merantau dari kelas 3 SMA, walaupun baru dari 2016 merantau beneran (sebelumnya terlalu deket dan terlalu enak kotanya), baru kali ini rasanya sakit sendirian.

Literally sendirian. Meskipun sakit mesti beli makan, mesti beli obat, karena kalo nggak gitu nanti malah makin sakit. Ternyata sedih ya pas keadaan nggak berdaya terus nggak ada siapa-siapa. Apalah rasanya anak-anak kuliahan yang rantau bener, yang mungkin nggak berlebih secara ekonomi jadi nggak bisa sering pulang semaunya.

Padahal cuma pilek sama kepala kliyengan. Apakabar yang tiap bulan mesti ngerasain kramnya endometriosis? Atau mereka yang ada penyakit kambuhan macam maag dan tipes?

Alhamdulillah… Jadi sadar kalo selama ini beruntung banget. Sampai tahun lalu, kalo sakit ada Mbak. Tinggal ketok pintu kamar sebelah aja. Minta uang. Eh. Minta perhatian walau lebih sering dikasih uang sama doi. Tapi ternyata punya seseorang yang bisa kita “huhuhu, sakit” atau “pusing, hiks” begitu berharga. Padahal ya nggak bikin lebih cepet sembuh juga. Cuma sakitnya sambil tenang aja.

Kalau begini jadi paham kata orang-orang kantor yang selalu aja “Wah, jangan sakit, Ning, nggak ada yang ngrawat, kasian” walaupun mereka niatnya ngeledek.

Tapi benar juga.

Lebih dari apapun, kehadiran memang tidak terkalahkan. Saat sakit dan ada yang dimintai peluk. Atau minta bikinkan teh hangat. Pasti lebih menyenangkan daripada mesti makan sendiri pas mata diajak melek aja nggak tahan.

Ah.

Jadi kangen rumah kan….

Transisi

Aku kira rasanya tidak akan begini. Aku kira rasanya akan mudah untuk dipahami. Aku kira hanya akan seperti sepatu kesayangan basah kuyup terkena hujan. Aku kira rasanya bukan seperti kehilangan.

Aku terlalu banyak mengira rupanya. Tanpa persiapan. Tanpa mencari petunjuk jalan keluar.

Ini hanya transisi. Aku akan baik-baik saja beberapa hari lagi. Hanya beberapa hari saja.

You know, I really hope that you will find a way to reach me again. Not to pick up where we left but to let me know that you are living your life and that you are happy. There is no way in the world I won’t be happy for you. We’re best friend, right. If that still counts.

But yeah. Years have passed and we are living in a different world. Not in the sense of dimension but rather in the way we let each other present in our lives.

You know I always find a way to know anything about you. You may not believe me, but I didn’t ask around, I respect your wish to remain vague. But the news just came through. And though I feel a little bit lost as in how to react to this, but really, I’m happy for you. As long as you are happy.

You should’ve told me in person.

Like how I always want to tell you in person when something big is happening in my life.

But who am I to demand anything from you? We don’t talk like we used to.

I wish nothing but happiness for your life ahead. I wish you keep those silly grin everytime you feel excited. I wish you lots of blessing, dear chatbot.

Merasa Hilang

Untuk diri yang terus menerus merasa hilang…

Kamu tidak hilang

Kamu hanya merasa asing dalam panjangnya perjalanan

Tandanya kamu beranjak

Tempat yang tidak membuatmu merasa hilang tidak akan membuatmu bertumbuh

Hilang tak selalu buruk, kan?

Hilangnya rasa gelisah. Hilangnya kekhawatiran. Hilangnya perasaan yang menyakitkan.

Kamu merasa hilang karena kamu berjalan meninggalkan tempat-tempat yang telah selesai kamu kenali. Menuju tempat lain yang sudah jadi tujuan barumu

Kamu merasa hilang karena tahu ada sesuatu yang harus ditemukan

Dan lebih dari apapun,

temukanlah dirimu.

Di dalam setiap hal yang kamu temui. Perasaan yang kamu miliki. Tempat yang kamu kunjungi. Pikiran yang memenuhi kepalamu. Di dalam segala hal yang bersinggungan dengan hidupmu; temukanlah dirimu.

Perjalanan masih panjang. Merasa hilang bukan berarti tak tahu jalan. Hanya sedikit bingung pada pemandangan yang asing dan baru.

Tetap ingat arah tujuanmu dan kamu akan baik-baik saja.

Merasa hilang adalah bagian dari proses menemukan 💙

03.31

03.31

Selamat pagi segala pikiran yang berlarian dalam kepala. Selamat pagi sisa-sisa ingatan dari mimpi tadi malam. Selamat pagi untukmu yang hadirnya dirindukan.

Seperti malam yang datang lebih awal kemarin, hari ini pagi terbit lebih dulu. Menyambut dengan segala pemikiran baru. Dan perasaan yang asing tapi entah kenapa menenangkan.

Aku siap atas segala kemungkinan. Hanya saja kadang mimpi berkata yang sebaliknya. Dan sedikit, sedikit memberi harapan. Juga sedikit kesempatan berkhayal.

Tapi toh hari masih pagi, kan?

Masih banyak waktu sampai dunia nyata menuntut untuk dijalani. Masih banyak waktu sampai bayangan hilang dan batas mimpi-kenyataan menjadi sejelas matahari. Masih banyak waktu.

Sepagi ini, imaji boleh menjadi nyatamu. Sejenak. Sekedar memberimu perasaan hangat yang kamu rasa dengan khidmat dalam hatimu. Sekejap saja. Walau tidak nyata. Walau bukan yang sebenarnya.

Masih pagi. Tidak apa-apa.